Di tengah kekacauan dunia L2 dan ekosistemnya, ada secercah harapan. Hari ini kita akan membahas MegaETH, yang sudah pernah saya singgung di konten lama bersama dengan Eclipse dan Fuel. Baca dua artikel di bawah ini:
Pendanaan awal (Seed Round) sebesar $20 juta untuk MegaETH diumumkan dua minggu lalu, dengan tujuan sederhana. MegaETH ingin membangun blockchain “real time” pertama, yang menyalurkan 100.000 transaksi per detik dengan latensi milidetik.
Proud to announce MegaETH's $20M Seed Round
— brother bing / mega-bing / 饼兄 (@hotpot_dao) June 27, 2024
MegaETH is the first Real-Time Blockchain, streaming transactions at 100,000 TPS with millisecond latency
Our mission is to turn cutting-edge ideas into everyday reality with fully onchain, interactive & sophisticated apps
✨Story… pic.twitter.com/aaWaNSqxNx
Investasi Seed Round $20 juta ini dipimpin oleh Dragonfly Capital, yang memimpin Seed Round Monad juga lucunya. Banyak partisipasi dari investor Monad lainnya juga, seperti Credibly Neutral, Big Brain Holdings, Robot Ventures, Cobie, Hasu, dan Mert Mumtaz. Sejauh ini, yang unik dari Monad adalah investor seperti Sreeram Kannan, Joseph Lubin, dan Vitalik Buterin!
Ketika ditanya soal investasi ke MegaLabs, VB menyatakan, “Implementasi EVM skalabilitas tinggi adalah syarat kunci untuk benar-benar meningkatkan skala Ethereum. Saya senang melihat pengembang brilian yang mengambil tantangan ini.”
- Seed Round ini membawa valuasi MegaETH pada setidaknya $100 juta FDV, kata salah satu pendiri, Shuyao Kong.
Kok bisa dapat perhatian sebesar itu di tahap awal? Seberapa kompeten sih tim MegaETH?
Tim di Balik MegaETH
Ini adalah sebuah pendekatan skalabilitas yang ekstrem untuk Ethereum. Tim MegaETH kompeten dengan pengalaman riset PhD Ilmu Komputer dari Stanford dan MIT dengan keahlian komputasi latensi rendah dan jaringan performa tinggi. Lei Yang adalah salah satu penulis whitepaper EigenDA yang pertama. Shuyao Kong tadinya Kepala BizDev Global Consensys, mungkin dari sana kenalan dengan Joe Lubin. Saat ini, ada kurang dari 20 orang yang bekerja di MegaETH, dan Kong tidak sedang mencari lebih banyak karyawan.
MegaLabs didirikan pada awal tahun 2023. Ide MegaETH muncul karena kebanyakan blockchain EVM hanya dapat mencapai ratusan transaksi per detik, sementara MegaETH ingin mencapai 100.000 transaksi per detik.
Iya, ini baru angka klaim aja, sama seperti 10.000 transaksi per detik oleh Monad. Tapi, visi/misi keduanya sama. Bahwa kita perlu mencapai titik “jenuh” kemampuan 1 jaringan blockchain dulu, padatkan di 1 lingkungan sebelum pindah ke terlalu banyak lapisan lainnya.
We view the roadmap towards the 1000-chain world a bit differently ; )
— Lei Yang Σ: (@yangl1996) May 3, 2024
Super fast individual chains are equally–if not more–important than rushing to 1000 chains now. The key reason is that 1000 chains only increase capacity (as in, being able to run 1000 dapps that are… https://t.co/gvZ2UJ6kf0
Dengan pendanaan segar ini, MegaLabs berencana untuk melanjutkan pembangunan blockchain, menyambut pengembang, dan menumbuhkan komunitasnya. MegaLabs baru saja meluncurkan sebuah program bernama MegaMafia untuk membantu para pengembang di seluruh dunia untuk membangun bersama tim MegaLabs dan para penasihatnya.
Para pembangun akan bekerja sama dengan tim MegaETH dan mentor seperti Santiago Santos, Tarun Chitra, Gengmo Qi, Calvin Liu, dan banyak lagi. Para pembangun akan berkesempatan untuk tinggal secara internasional dengan tim MegaETH pada situs-situs tertentu dan pertemuan yang besar seperti Zuzalu di Thailand. Selain itu, mereka juga akan mendapatkan “peluang” investasi ke dalam MegaETH.
Cara Kerja MegaETH
MegaETH mengklaim sebagai blockchain Ethereum yang “real time”.
“Real time” ini artinya MegaETH mampu memproses transaksi langsung pas diminta, dan menerbitkan hasil barunya dalam waktu nyata. Klaim 100.000 TPS di atas L2 Ethereum ini didukung oleh EigenDA.
Terbatas hanya oleh perangkat keras (dan fisika), MegaETH adalah salah satu blockchain yang mengarah ke “tujuan akhir” yang sama. Hanya ada 1 cara untuk meningkatkan skala blockchain tanpa mengorbankan desentralisasi dan keamanan. Saya akan membandingkannya dengan Monad secara singkat pada artikel ini.

Kenapa saya bilang hanya ada 1 cara untuk meningkatkan skala blockchain tanpa mengorbankan desentralisasi dan keamanan? Karena batasan perangkat keras (hardware) dan hukum fisika.
Menurut spektrum keterbatasannya (dari kurang terbatas di ujung kiri, hingga sangat terbatas di ujung kanan), blockchain tidak bisa lepas dari 3 hal utama berikut:
- Komputasi (Compute): Eksekusi transaksi memakan siklus CPU. Saat ini, interpreter EVM seperti evmone sudah bisa memproses lebih dari 100.000 transfer token ERC20 atau lebih dari 6.000 pertukaran token, hanya dengan 1-core CPU. Dan hampir semua CPU zaman sekarang punya multi-core.
- Akses Data (State Access): Untuk memperbarui blockchain, status terkini dan datanya harus ditulis ke diska memori. Karena SSD NVMe yang modern bisa menyediakan lebih dari 300.000 writes acak, sistem penyimpanan seharusnya mampu menangani lebih dari 150.000 transfer ETH per detik. Selain itu, meningkatkan total I/O per detik bisa dilakukan relatif mudah dengan menambahkan lebih banyak SSD.
- Kapasitas Jaringan (Bandwidth): Menyebarkan pembaruan status blockchain memakan kapasitas jaringan. Dengan asumsi tiap pembaruan status bisa di-encode dalam 20 bita, maka koneksi internet 100Mbps bisa menerima 625.000 pembaruan (yaitu 312.500 transfer ETH per detik).

Singkatnya, perhitungan sederhana tim MegaETH mendapatkan angka 100.000 transaksi per detik yang bisa dicapai dengan sebuah server. “Server” ini adalah kata kunci yang memungkinkan performa fantastis MegaETH.
Masalah yang berusaha dipecahkan MegaETH menerapkan beberapa solusi, utamanya adalah: Spesialisasi Node dan Eksekusi EVM Optimal.
1. Komputasi (Compute)
Spesialisasi Node: Arsitektur beberapa node yang menjalankan perangkat berbeda, dengan tugas yang berbeda.
- Konsentrasi tugas yang berat (Sequencer L2) dijalankan oleh segelintir node saja. Sequencer ini perlu hardware server yang kuat (RAM besar, core CPU banyak, koneksi internet cepat).
- Sementara untuk Full Node lain yang perlu menjalankan tugas validasi, mereka dapat memanfaatkan PC konsumen yang lebih “santuy” dan tidak mahal.

2. Akses Data (State Access)
Hyper-Optimised EVM: Mesin eksekusi unik yang meminimalisir waktu respons transaksi. Mesin ini mendorong efisiensi throughput, latensi, dan sumber daya hingga batas perangkat keras.
Hey rob, I don't disagree with any of your comments here. But I think you misunderstand the setup of MegaETH and the points we are trying to make in the quoted paragraph.
— Yilong Li (@yilongl_megaeth) June 27, 2024
Block execution and updating state root (merkleization) are two tasks with very different IO patterns. In…
3. Kapasitas Jaringan (Bandwidth)
MegaETH memiliki rotokol peer-to-peer (P2P) untuk sinkronisasi blockchain yang efisien, meneruskan pembaruan dari Sequencer ke Full Node di seluruh dunia pada kecepatan tinggi.
Selain itu, isu bandwidth untuk L2 seperti MegaETH ini terkait dengan lapisan Data Availability (DA). MegaETH menghasilkan blok puluhan megabit per detik. EigenDA satu-satunya yang menyediakan performa setinggi itu dengan jalan meningkatkan skala lebih lanjut. MegaETH dan EigenDA jelas terhubung lewat koneksi yang dibangun oleh Lei Yang.
Terakhir, keamanan L2 keamanan bergantung pada verifikasi transaksinya. MegaETH bisa diintegrasikan dengan Fraud Proof atau Validity Proof (Optimistic atau ZK). Performa keduanya setara, jadi agnostik mau pakai yang mana. Di awal, Optimistic Proof dipilih karena biaya gas yang lebih terjangkau tanpa membuat ZK Proof yang jutaan kali lipat lebih mahal per transaksinya.
Inti dari Segala Inti
Berikut adalah tabel inti yang membandingkan performa MegaETH vs. Monad berdasarkan batasan perangkat kerasnya:
Komputasi | Akses State (Data) | Bandwidth Jaringan | |
---|---|---|---|
MegaETH | Hardware Sequencer: CPU 12-core Hardware Full Node: CPU 4-core Software: Block-STM; Compiler Bytecode EVM | Hardware Sequencer: RAM ≥256GB Hardware Full Node: RAM 8GB Software: New State Trie; In-Memory State | Hardware Sequencer: >1Gbps Hardware Full Node: 100Mbps Software: Streaming latensi rendah, protokol broadcast kapasitas tinggi |
Monad | Hardware: CPU 16-core (@4,5Ghz); RAM 32GB Software: Block-STM; Asynchronous Execution | Hardware: 2TB SSD (Samsung 990 Pro atau sejenisnya) Software: MonadDb (Async I/O dan state dalam MPT langsung) | Hardware: 100Mbps Software: MonadBFT (Leader-ke-Semua ke Leader, pipeline konsensus) |
Jadi, 100.000 TPS dimungkinkan oleh perangkat keras Sequencer yang tinggi (ingat, MegaETH adalah L2 sedangkan Monad adalah L1). Selain itu, TPS hanyalah “meme” semata yang mudah untuk tujuan pemasaran dan edukasi mendasar, tapi sebenarnya kurang akurat. Kita perlu menentukan ukuran yang lebih bisa diterima setiap proyek. Mungkin gas per detik (GPS)?
I think gas per second is definitely on the right direction, but we still need a standardized workload. It’s because gas is itself an oversimplified measurement of computing/storage on chain.
— Lei Yang Σ: (@yangl1996) May 13, 2024
For example, I can build a chain/execution client that is super good at ADD but abysmal… https://t.co/UUoydM0GXt
Selain Sequencer L2 yang terpusat, finalitas transaksi MegaETH selambat Bitcoin.
Finalitas Monad adalah 1 detik (dengan sebaran geografis validator yang lebih dekat bisa menyentuh RTT ~400 milidetik). Finalitas transaksi 1 detik ini hanya memerlukan perangkat keras yang jauh lebih terjangkau. Kompatibilitas EVM Monad juga yang paling dekat 100% dengan Ethereum, karena tidak mengubah Merkle Patricia Trie seperti MegaETH.
Finalitas MegaETH bergantung sama kemampuan EigenDA dan Ethereum saat ini, yang akan kita bahas lebih lanjut di bawah ini…
Kritik Utama MegaETH
MegaETH adalah sebuah L2, yang fundamentalnya terbatas oleh teknologi L1 di bawahnya. Tidak ada jalan untuk menghindari kenyataan itu. Untuk semua L2, ada jeda waktu (delay) antara performa Sequencer dan penyelesaian transaksi di L1 dasarnya.
Itulah kenapa Fraud/Validity Proofs dan Lapisan DA eksis. Mereka sangat diperlukan oleh semua L2 agar L1 bisa mengecek transaksi yang tertunda sebelum diselesaikan.
- Lapisan DA adalah “buffer” data transaksi L2
- Proofs adalah yang “mengamankan” buffer data itu sebelum beres di L1
Untuk sebuah L2 biasa, buffer data ini tidak begitu besar karena TPS-nya tidak terlalu jauh dibandingkan dengan L1. Sebagian besar kumpulan transaksi bisa diselesaikan di L1 tanpa menunda terlalu banyak nilai ekonomi. Saya tidak merasa nyaman dengan konsep “Konfirmasi Sementara” yang ada di dunia L2 Ethereum ini. Mungkin orang lain tidak khawatir.
Namun, kalau L2 didorong sampai ke level MegaETH (100.000 TPS), ukuran buffer akan mulai memaksa batas ekstrem teknologinya. Nilai ekonomi yang “tertunda” dan “menunggu” penyelesaian data sangat meningkat drastis.
Performa sekelas MegaETH ini memang bisa dilakukan, tapi sebagai L2 di atas L1 yang lambat seperti Ethereum ini menambah risiko yang kurang bertanggung jawab. Beda cerita kalau MegaETH dibangun di atas L1 yang cepat dan bisa mengikuti ketertinggalan buffer dan mengurangi risiko nilai ekonomi dari L2.

Ketika saya bertanya di Discord untuk riset hal ini, jawaban yang saya terima adalah Finalitas Akhir untuk transaksi L2 MegaETH adalah 13,8 menit secara total (selambat Bitcoin):
- “Konfirmasi Sementara” dari Sequencer itu langsung (1 milidetik)
- Tapi pengiriman data ke EigenDA dan komitmen ke Ethereum ~1 menit
- Dan benar-benar dianggap “final”, tidak bisa diganggu gugat setelah ~12,8 menit
Jangan lupa, sekali lagi Sequencer mereka terpusat. Berikut adalah tabel perbandingan inovasi yang sedang dikerjakan oleh MegaETH dan Monad.
Peningkatan EVM | Finalitas Akhir | Target TPS | Spek Hardware | Target Validator | |
---|---|---|---|---|---|
MegaETH (L2) | Block-STM + Compiler Bytecode EVM + State Trie Baru + State In-Memory | 13,8 menit | 100.000 | CPU 12c, RAM ≥256GB, >1Gbps (Sequencer) CPU 4c, RAM 8GB, 100Mbps (Node) | 1 sequencer per waktu |
Monad (L1) | Block-STM + MonadDB (Native Patricia Trie + Async I/O) | ~1 detik | 10.000 | CPU 16c, RAM 32GB, SSD 2TB, 100Mbps | 200-300 |
Sumber bacaan lebih lanjut:
- Reth Paradigm, dasar eksperimen MegaETH
- Peningkatan EVM oleh Reth dan MegaETH
- Debat tentang sentralisasi Sequencer L2
- Perbandingan inovasi blockchain EVM
Komunitas Sejauh Ini
MegaETH mengadakan acara selama ETHCC di Brussels, Belgia minggu lalu. Pada acara utama mereka, ada 6 demonstrasi oleh kelompok program 10xBuilders MegaMafia yang pertama. Semua 6 aplikasi ini unik dan hanya “bisa” dibangun di MegaETH:
- GTE: DEX real-time dengan performa dan likuiditas setingkat CEX
- Valhalla: DEX perpetual yang membawa volume dan UX seperti CEX
- Rho: Pasar peminjaman dengan berbagai macam aset, melindungi pemberi pinjaman dengan likuidasi yang sangat efisien dan kustomisasi profil risiko
- Doxa: Protokol perdagangan informasi, meningkatkan kualitas pasar prediksi dengan imbal hasil dan komposabilitas DeFi penuh
- CAP: Sebuah AVS yang menghubungkan pelaku arbit dengan pengguna biasa
- DIG: Alternatif desentral untuk DNS, hosting aplikasi web, dan jaringan pengiriman konten. DIG mendukung web3 dan aplikasi lainnya
- Pump Party: Permainan dengan hadiah Free2Play dan Pay2Play yang didanai oleh pendapatan dari transaksi memecoin mereka
Kerennya lagi, MegaETH berhasil mengundang Vitalik Buterin untuk sesi Q&A (Tanya-Jawab) dengan murid-murid dari RWTH Aachen, Cambridge, dan Oxford yang penasaran belajar kripto. Dengan bantuan beberapa teman, tim MegaETH membawa hampir 20 murid ke Brussels untuk menyaksikan pengalaman di komunitas Ethereum.
Sesi Q&A ke Vitalik Buterin agak canggung, tapi banyak pertanyaan dasar tentang skalabilitas blockchain hingga pertanyaan yang lebih teknis dan lebih sensitif tentang Ethereum Foundation. Dampaknya sangat dalam, salah satu murid memulai blog tentang kripto dan filsafat, ada yang mendalami smart contract, dan beberapa murid lainnya membentuk tim untuk protokol baru.
Tidak mengejutkan, beberapa murid lainnya tertarik untuk “main micin”. Realitanya, tidak semua murid ini akan mengejar karier penuh waktu di industri kripto. Tapi setidaknya MegaETH berhasil melangkah keluar dari zona nyaman untuk menyambut lebih banyak orang ke Ethereum.
Here's a little video edit that cyrus, a computer science final year who might be leaving his cushy internship to burn it all in web3 pic.twitter.com/nOWKGSvGO0
— josh | cambridge uni blockchain (@josh_torro) July 18, 2024
Kesimpulan Pendapat
Tampaknya proposisi nilai Solana sebagai “mesin global secepat cahaya” telah menginspirasi para kritikusnya. Sekarang, MegaETH ikut serta dengan Monad dalam membuat blockchain yang performanya dibatasi oleh perangkat keras (dan fisika) saja.
Vitalik Buterin, Sreeram Kannan, dan Hasu bertaruh ke blockchain yang berfokus pada Spesialisasi Node, EVM “Real-Time”, komputasi In-Memory, alokasi data efisien, dan mengutamakan UI konsumen. Ini akan menjadi faktor yang membedakan MegaETH dari banyak blockchain lain yang hanya menonjolkan transaksi paralel, waktu blok milidetik, dan Shared Sequencing. Ada perubahan!
Kata Shuyao Kong, testnet publik MegaETH akan meluncur pada akhir Q3 2024, dan ekspektasi mainnet menjelang akhir tahun 2024 ini. Waktunya lumayan mirip dengan peluncuran Monad juga. Soal token MegaETH, keputusannya belum dibuat apakah bakal diluncurkan bersama dengan mainnet atau tidak.
Intinya, dengan eksperimen MegaETH dan Monad, EVM tidak akan lambat selamanya.