Hong Kong baru saja meresmikan ETF baru yang berbasis aset Bitcoin dan Ethereum Spot di pasar keuangannya.
Persetujuan ini dilaksanakan melalui lembaga pemerintah yang bertanggung jawab untuk mengawasi perdagangan aset berbasis sekuritas dan derivatif di Hong Kong, memberikan pandangan jelas mengenai tanggapan Hong Kong terhadap kripto.
Hong Kong Resmikan ETF Bitcoin dan Ethereum
Hong Kong baru saja meresmikan ETF barunya melalui persetujuan terhadap permohonan penerbitan Bitcoin dan Ethereum ETF berbasis aset spot dari tiga perusahaan.
Tiga perusahaan ini adalah Bosera Capital, China Asset Management Co., Ltd, dan Harvest Fund Management Co.
Ketiga perusahaan ini mengumumkan persetujuannya melalui aplikasi WeChat, yang merupakan aplikasi sosial media utama di negara tersebut.
Setelah peresmian ini, harga Bitcoin dan Ethereum pulih secara sementara sebelum kembali konsolidasi dengan koreksi yang relatif kecil dibandingkan beberapa hari terakhir.
Banyak analis yang memprediksi bahwa peresmian ini bisa meningkatkan volume transaksi untuk Bitcoin dalam jangka panjang terutama dalam sesi Asia dimana umumnya dalam sesi Asia volume transaksi lebih kecil dibandingkan sesi lainnya.
Volume ini akan berasal dari investor institusional yang bertransaksi di sesi Asia, sehingga ada kemungkina volume kripto di waktu Asia bisa sama dengan sesi Eropa.
Walau begitu, salah satu analis ETF dari Amerika bernama Eric Balchunas, percaya bahwa dampak ETF dari Hong Kong tidak akan sebesar dampak dari ETF di Amerika.
Analisis ini disampaikan melalui empat alasan yang dipublikasi pada Twitter beberapa jam setelah kabar peresemian ETF tersebar.
Tidak Sebesar Amerika
Menurut Eric Balchunas, ada empat alasan mengapa Bitcoin dan Ethereum ETF di Hong Kong tidak akan memiliki dampak sebesar ETF di Amerika.
Alasan pertama adalah pangsa pasar ETF di Hong Kong yang relatif kecil, dimana ETF secara menyeluruh hanya memiliki volume transaksi sebesar $50 Miliar di Hong Kong.
Sebagai perbandingan, volume $50 Miliar adalah volume transaksi yang dimiliki oleh satu perusahaan keuangan di Amerika, contohnya Fidelity atau BlackRock.
Alasan kedua adalah tiga penerbit ETF yang kedudukannya masih relatif kecil di pasar keuangan global walau besar di Asia dan Hong Kong itu sendiri.
Sebagai perbandingan, ketiga perusahaan penerbit yang disebutkan masing-masing memiliki dana total dikelola atau AUM sebesar $250 Miliar yang jika digabungkan berarti sebesar $750 Miliar.
Perlu diingat bahwa AUM ini adalah seluruh aset yang dikelolanya bukan hanya ETF yang terkait Bitcoin, sehingga mengingat alokasi ETF kripto umumnya kecil, AUM dalam ETF kripto kemungkinan akan jauh lebih kecil dari total AUM yang dimilikinya.
Sebagai perbandingan, Fidelity, perusahaan dengan ETF terbesar ketiga di Amerika saat ini, memiliki total AUM semua aset sebesar $4.9 Triliun dan BlacRock, ETF terbesar kedua di bawah Grayscale, memiliki total AUM semua aset sebesar $10.5 Triliun.
Alasan ketiga adalah masalah likuiditas dimana masyarakat Hong Kong dan Cina akan kesulitan membeli ETF ini karena masalah regulasi sehingga likuiditas tidak akan tinggi dan kemungkinan volume akan rendah.
Alasan keempat adalah biaya transaksi yang berada di sekitar 1% hingga 2%, jauh di atas ETF Bitcoin dan Ethereum di Amerika yang berada di bawah 0,5% per transaksi.
Secara menyeluruh alasan Eric Balchunas cukup valid, namun perlu diketahui adopsi kripto di Asia sedang meningkat dengan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan Amerika, sehingga apapun bisa terjadi.
Tapi secara realistis, pandangan ini bisa membuat investor dan trader tidak FOMO berlebihan sehingga meneliti dengan lebih baik potensi apresiasi harga dengan tidak mendasarkan keputusan hanya pada persetujuan ETF.