ETH Turun

Pendapatan Ethereum Turun Drastis Bulan Ini, Catat Pergerakan Terburuk Dalam Dua Tahun Terakhir

Naufal
2 months ago

Ethereum, yang telah lama mendominasi dunia blockchain sebagai platform utama untuk berbagai aplikasi terdesentralisasi (DApps) dan smart contracts, kini menghadapi tantangan besar. Seiring dengan perkembangan teknologi dan solusi peningkatan skalabilitas yang semakin banyak, dominasi Ethereum mulai terancam. 

Ironisnya, Layer 2 (L2) yang awalnya dirancang untuk mendukung dan mempercepat jaringan Ethereum, justru berkontribusi pada penurunan pendapatan jaringan ini secara signifikan. 

Penurunan ini tidak hanya mencerminkan berkurangnya aktivitas di jaringan utama Ethereum, tetapi juga memperlihatkan bagaimana posisi Ethereum kini berada di bawah tekanan serius dari teknologi yang seharusnya memperkuatnya.

Penurunan Drastis Pendapatan Ethereum Akibat Persaingan L2

Menurut data dari Token Terminal, pada puncaknya, tepatnya pada 5 Maret 2024, pendapatan dari transaksi di jaringan utama Ethereum mencapai $35,5 juta. 

Namun, sejak saat itu, pendapatan ini mengalami penurunan yang sangat tajam bahkan lebih dari 50%. Pada 31 Agustus 2024, pendapatan Ethereum merosot hingga hanya $566 ribu, angka yang sangat jauh dari yang pernah dicapai sebelumnya. 

Secara menyeluruh, menurut data dari Token Terminal, penurunan transaksi pendapatan Ethereum ini telah mengalami penurunan drastis dalam enam bulan terakhir yaitu mencapai 99% dari kondisi tertingginya. 

Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan ini adalah peluncuran upgrade Dencun pada 13 Maret 2024, yang bertujuan untuk mengurangi biaya transaksi di jaringan Layer 2 Ethereum.

Upgrade ini memang berhasil, namun dengan dampak yang tidak diantisipasi sepenuhnya. Biaya transaksi yang lebih rendah pada L2 menarik banyak pengguna untuk memindahkan aktivitas mereka dari jaringan utama Ethereum ke berbagai solusi L2. 

Menurut data dari L2BEAT, saat ini, terdapat lebih dari 74 proyek L2 yang aktif, dan 21 proyek Layer 3 yang berjalan di atas Ethereum. 

Persaingan ketat di antara proyek-proyek ini untuk menawarkan biaya transaksi terendah telah menarik banyak pengguna, yang pada gilirannya mengurangi pendapatan dari jaringan utama Ethereum.

Dalam situasi ini, Ethereum menghadapi dilema besar. Di satu sisi, peningkatan penggunaan L2 sejalan dengan tujuan untuk meningkatkan skalabilitas dan efisiensi jaringan. 

Namun, di sisi lain, ini juga menyebabkan penurunan pendapatan yang signifikan, yang bisa berdampak jangka panjang pada keberlanjutan ekonomi jaringan utama. 

Solusi L2 yang dirancang untuk mendukung Ethereum malah menjadi pesaing yang kuat, mengambil sebagian besar transaksi dan pendapatan yang sebelumnya menjadi hak Ethereum.

Harga ETH Turun 22% Bersama Volume Transaksi ETF

Tidak hanya dari segi pendapatan jaringan, Ethereum juga mengalami tantangan besar di sebgai sebuah aset digital. Harga Ethereum (ETH) mencatat penurunan 22% pada bulan Agustus 2024, menjadikannya bulan terburuk bagi Ethereum dalam dua tahun terakhir. 

Penurunan ini bertepatan dengan turunnya volume transaksi ETF Ethereum, yang awalnya diharapkan dapat meningkatkan permintaan institusional terhadap ETH. Namun, kenyataannya justru sebaliknya. 

Menurut data dari CoinShares, ETF Ethereum mengalami outflow yang signifikan, dengan banyak investor yang menarik dana mereka, menyebabkan turunnya minat dan permintaan terhadap ETH.

Hal ini diperburuk oleh komentar dari Vitalik Buterin, pencipta Ethereum, yang menyatakan bahwa DeFi mungkin tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. 

Selain itu, Ethereum Foundation terlibat dalam penjualan ETH yang lebih lanjut menekan harga di pasar. Situasi ini menunjukkan bahwa Ethereum berada dalam kondisi yang cukup sulit, di mana volume transaksi berkurang dan harga ETH mengalami tekanan yang besar.

Namun, meski dalam kondisi sulit, penting untuk diingat bahwa Ethereum tetap menjadi fondasi utama dari ekosistem blockchain. 

Tanpa Ethereum, tidak akan ada L2, dan inovasi-inovasi yang sedang berkembang saat ini sebagian besar masih bergantung pada jaringan utama Ethereum. Oleh karena itu, meski menghadapi tantangan besar, Ethereum masih memiliki potensi untuk bangkit kembali di masa depan.

Kedepannya, Ethereum mungkin perlu melakukan penyesuaian strategi untuk mempertahankan relevansinya di tengah persaingan yang semakin ketat. 

Langkah-langkah yang lebih terukur dalam mendukung dan mengintegrasikan solusi L2 tanpa mengorbankan pendapatan dari jaringan utama mungkin menjadi kunci untuk kelangsungan jangka panjang. 

Dengan adanya inovasi baru dan perkembangan teknologi yang terus berlanjut, Ethereum masih memiliki peluang besar untuk kembali mendominasi dan menjadi tulang punggung dari ekosistem blockchain global.

Facebook
X
Telegram
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *