Menurut beberapa laporan dari kanal-kanal pemberitaan asing, Tiongkok kembali menjadi salah satu penyumbang hashrate terbesar di jaringan Bitcoin. Data ini diperoleh dari Cambridge Digital Assets Programme (CDAP), sebuah program yang meriset perkembangan aset digital termasuk Bitcoin. CDAP terkenal dengan peta penambangan Bitcoinnya.
Laporan ini menyebut bahwa Tiongkok menjadi penyumbang hashrate jaringan Bitcoin terbesar kedua pada bulan Januari tahun ini, hanya beberapa bulan setelah pemerintah Tiongkok memberlakukan pelarangan terhadap penambangan Bitcoin. Sejak pelarangan itu, para penambang mengalihkan operasi mereka ke negara-negara lain seperti Kazakhstan.
Tiongkok sebelumnya menjadi penyumbang hashrate terbesar di jaringan Bitcoin, dengan sumbangan hashratenya bisa mencapai 75% dari total hashrate pada tahun 2019. Setelah pelarangan pemerintah Tiongkok, hashratenya langsung jatuh ke 0% bulan Juli tahun lalu.
Penambang yang tersisa di Tiongkok kini hanyalah para penambang yang melakukan aktivitas mereka secara sembunyi-sembunyi.
Laporan ini menyebut bahwa sebagian besar dari penambang Bitcoin di Tiongkok ini menemukan cara untuk beradaptasi dengan pelarangannya, menggunakan layanan proxy luar negeri untuk menyembunyikan aktivitas penambangan, alih-alih meninggalkan negaranya.
Laporan ini juga mengungkapkan turunnya hashrate yang disumbangkan oleh Kazakhstan. Tren penurunannya sudah terjadi sejak Agustus 2021 hingga Januari 2022. Selain itu, Posisi Rusia sebagai tiga besar penyumbang hashrate juga hancur karena turunnya jumlah hashrate yang mereka sumbangkan, yakni dari 13 EH/s menjadi 8,6 EH/s di bulan Januari.
Di Amerika Serikat, negara bagian Texas, Georgia, dan Kentucky menjadi penyumbang hashrate terbesar, dengan tingkatnya masing-masing sebesar 32%, 11,2%, dan 10,9%. Bila digabungkan, ketiganya sudah menyumbangkan lebih dari setengah hashrate dari AS. Secara total, AS menyumbang 38% dari total hashrate seluruh dunia.