Konsep interoperabilitas adalah salah satu hal yang dijunjung tinggi pada dunia blockchain kripto saat ini.
Hal ini disebabkan semakin banyak munculnya blockchain-blockchain baru yang membuat persaingan semakin ketat sehingga terkadang jalan keluarnya adalah untuk kerja sama.
Dengan mengadopsi fitur tersebut, sebuah blockchain bisa kerja sama dengan blockchain lainnya dan secara langsung dapat bersaing dan menarik lebih banyak pengguna dibandingkan blockchain yang tidak mengadopsi konsep tersebut dan memilih untuk bergerak sendiri.
Dalam artikel ini akan dijelaskan mengenai konsep interoperabilitas yang saat ini sering diperbincangkan, agar investor mengetahui mana koin yang memiliki basis blockchain dengan konsep tersebut.
Konsep Interoperabilitas
Interoperabilitas dalam dunia blockchain adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan komunikasi antara dua blockchain atau lebih.
Dalam dunia kripto, seperti yang sebelumnya dinyatakan, terdapat lebih dari satu blockchain yang ada karena banyaknya developer yang ingin membentuk sebuah inovasi.
Sayangnya kondisi ini membuat persaingan yang tinggi sehingga terkadang blockchain kesulitan untuk mendapatkan pengguna baru.
Hasilnya blockchain-blockchain tersebut kerja sama untuk menciptakan ekosistem kripto yang tersambung, sehingga pengguna sebuah blockchain bisa juga menggunakan blockchain lain.
Sumber: Chainlink
Salah satu contoh mudah dari fitur interoperabilitas ini adalah kemudahan pengguna blockchain untuk mengirim satu token ke blockchain lainnya.
Contoh, dengan fitur interoperabilitas, seorang investor bisa mengirimkan ETH dari Blockchain Ethereum ke Blockchain Solana.
Hal tersebut dari sudut pandang investor mungkin mudah dilakukan, namun dari sudut pandang developer, hal tersebut sangat sulit.
Hal ini disebabkan, jika menggunakan kedua blockchain yang disebutkan dalam contoh, terdapat standarisasi yang berbeda dari jenis token yang beredar dalam kedua blockchain tersebut.
Sebuah blockchain hanya bisa menerima jenis kripto yang sesuai dengan standar blockchain tersebut.
Contoh, untuk Ethereum, kripto yang bisa beredar di blockchain tersebut hanya kripto dengan standar ERC atau standar token di Blockchain Ethereum, sedangkan di Solana hanya bisa kripto dengan standar SPL atau standar token di Blockchain Solana.
Untuk menyesuaikan agar perpindahan kripto bisa dilaksanakan, terdapat beberapa cara yang digunakan developer untuk mencapai fitur interoperabilitas ini.
Cara Mencapai Interoperabilitas
Cara pertama adalah dengan mekanisme wrapping yang merupakan mekanisme pertama yang diciptakan untuk mencapai fitur interoperabilitas mekanisme wrapping adalah cara untuk mengubah suatu kripto agar sesuai dengan standar blockchain tujuan perpindahan kripto tersebut.
Contoh, jika ingin memindahkan ETH dari Blockchain Ethereum ke Blockchain Binance Smart Chain, ETH tersebut harus diubah ke WETH, karena standar blockchainnya yang berbeda.
Mekanisme wrapping ini berarti tokennya berubah bentuk sehingga yang dikirim bukan ETH sesungguhnya. Tapi layaknya ETH sesungguhnya, jumlah persediaan dan harganya akan sama, namun nama tokennya akan berubah menjadi Wrapped Ethereum atau WETH.
Mekanisme ini cukup rumit karena butuh waktu yang relatif lama dan proses transaksi yang lebih panjang. Untuk mengakomodir masalah ini, para developer di dunia kripto menciptakan mekanisme bernama bridge yang merupakan jembatan penghubung antar blockchain.
Bridge ini bergerak dalam bentuk protokol atau aplikasi sehingga mengakomodir perpindahan kripto dari satu blockchain ke blockchain lainnya.
Caranya adalah dengan menyambungkan wallet ke bridge dan kemudian menggunakan aplikasi tersebut untuk
Sayangnya fitur tersebut terkadang masih mewajibkan pengguna untuk mengubah kripto yang digunakan menjadi versi wrapped. Selain itu terdapat biaya transaksi yang tinggi dan proses transaksi yang lama. Ditambah lagi bridge telah mengalami beberapa kasus peretasan yang membuat penggunanya trauma.
Sehingga hasilnya terdapat inovasi-inovasi lain yang digunakan untuk mengakomodir perpindahan data dari satu blockchain ke blockchain lain, jadi tidak hanya token, namun data apa pun bisa berpindah blockchain.
Saat ini terdapat dua protokol yang ingin menyempurnakan mekanisme bridge namun tanpa permasalahan-permasalahan yang datang bersamanya.
Dua protokol ini adalah Chainlink melalui produk CCIP atau Cross Chain Interoperability Protocol dan LayerZero.
Kedua proyek tersebut serupa namun berbeda dari sisi keamanan dan kecepatan. Keduanya memiliki tujuan untuk memindahkan kripto dari satu blockchain ke blockchain lain dengan cara yang aman layaknya bridge namun menggunakan mekanisme yang lebih inovatif sehingga memberi pengguna pengalaman yang lebih menyenangkan dibandingkan bridge biasa.
Selain kedua protokol tersebut, saat ini terdapat banyak blockchain yang sudah menerapkan mekanisme interoperabilitas langsung pada smart contractnya sehingga tidak perlu menggunakan aplikasi atau protokol lain.
Salah satu contohnya adalah Internet Computer (ICP) melalui implementasi HTTPS Outcalls yang sudah diterapkan dan sedang dikembangkan.
Mekanisme tersebut mempermudah pengiriman data langsung melalui smart contract antar blockchain tanpa memerlukan pihak ketiga sehingga semua fitur lebih terdesentralisasi dan langsung peer to peer.
Terakhir, terdapat ekosistem baru bernama multichain seperti yang dilakukan oleh Polkadot melalui Parachain dan Cosmos melalui Cosmos Hub.
Tujuan dari multichain ini adalah agar developer bisa membangun blockchain dengan mudah dalam satu ekosistem multichain sehingga saat blockchain-blockchain tersebut ingin berkomunikasi atau mengirimkan data, termasuk kripto, komunikasi itu akan mudah.
Dengan ekosistem multichain pengiriman data tidak perlu dilakukan melalui pihak ketiga karena semua standar blockchain sudah sama sehingga penggunanya lebih nyaman.
Ini adalah beberapa cara untuk mencapai fitur interoperabilitas. Fitur ini tidak hanya meningkatkan ketenaran dari sebuah blockchain yangs secara langsung meningkatkan harga koinnya, namun juga mempermudah para penggunanya untuk menciptakan ekosistem kripto yang terhubung.
Oleh karena itu, investor harus mengetahui mekanisme ini, terutama jika sering menggunakan teknologi blockchain.