FTX melalui CEO barunya setelah Sam Bankman-Fried bermasalah, John Ray III, melakukan tuntutan terhadap dana yang melibatkan investasi terhadap proyek LayerZero.
Dikabarkan FTX menuntut dana sebesar Rp1,3 Triliun untuk dikembalikan dari LayerZero terkait adanya manipulasi informasi tersembunyi.
Menanggapi kasus ini CEO LayerZero, Bryan Pellegrino, membuat pernyataan yang menyerang kembali FTX, menyatakan bahwa tim FTX tidak bertanggung jawab dan tidak etis.
FTX Tuntut Dana Rp1,3 Triliun ke LayerZero
Pada 10 September 2023 terdapat kabar bahwa FTX akan menuntut LayerZero atas dana yang dianggap sebagai hasil manipulasi informasi tersembunyi.
Dana yang dibicarakan adalah sebesar Rp1,3 Triliun atau sekitar $86 Juta dimana dana tersebut adalah hasil dari kerja sama kedua perusahaan tersebut.
LayerZero Labs getting Sued by the new FTX CEO for getting their Funds out of FTX using insider information before the exchange paused withdrawals.
— BMS (@bloomstarbms) September 10, 2023
Probably this will delay LayerZero token launch? Or will fasten it? What do you think.
Gm pic.twitter.com/1APIpgdKYp
LayerZero adalah sebuah proyek yang bertujuan untuk menciptakan kerangka infrastruktur agar aplikasi yang ada di blockchain dapat mengadopsi teknologi cross chain sehingga aplikasi tersebut bisa bertransaksi atau komunikasi dengan elemen di luar blockchain asli dari aplikasi tersebut.
Contohnya, LayerZero membantu salah satu decentralized exchange atau DEX ternama di Ethereum bernama Sushi, dengan cara mempermudah transaksi token asli Ethereum seperti AAVE dengan token asli di jaringan lain seperti Binance Smart Chain contohnya CAKE.
Jadi transaksi ini bisa langsung terjadi di Sushi tanpa perlu adanya perpindahan dana dari Blockchain Ethereum ke Binance Smart Chain melalui sebuah jembatan atau cross chain bridge.
Melihat ide ini analis pasar kripto menganggap bahwa LayerZero akan menjadi sebuah teknologi yang revolusioner dan berujung membuat ketenaran di pasar kripto.
FTX mendapatkan informasi ini dan merasa tertarik sehingga melakukan investasi terhadap proyek tersebut dengan membeli kepemilikan terhadap LayerZero.
Namun pada saat FTX mulai hancur, kerja sama investasi antara FTX dan LayerZero menjadi semakin rancu dan berantakan.
Menurut FTX, beberapa hari sebelum FTX hancur, LayerZero membuat perjanjian barudengan FTX yaitu perjanjian pembelian kembali kepemilikan yang sebelumnya dibeli FTX.
Dalam janji ini, FTX sepakat untuk menjual kepemilikan sebesar 5% terhadap LayerZero bernilai Rp2,3 Triliun atau $150 Juta kepada LayerZero kembali dengan valuasi LayerZero saat ini.
Sebagai gantinya, LayerZero diminta untuk merelakan utang yang sebelumnya diberikan kepada FTX dalam masa krisisnya yaitu sebesar Rp690 Miliar atau $45 Juta.
Perlu diketahui bahwa semua ini terjadi dengan LayerZero seharusnya tidak mengetahui bahwa FTX akan bangkrut karena informasi tersebut belum disebar.
Di waktu yang sama, LayerZero juga menarik dana sebesar Rp630 Miliar atau $41 Juta dari FTX untuk mengamankan dana karena rumor kebangkrutan sudah beredar.
Perjanjian dan penarikan dana ini menjadi dasar dari tuntutan FTX karena FTX merasa bahwa seluruh perjanjian dan penarikan dana itu dilakukan karena LayerZero mendapatkan informasi tersembunyi yang seharusnya tidak diketahui publik yaitu informasi bahwa FTX akan bangkrut.
CEO LayerZero Serang Balik
Mendengar tuntutan ini CEO dari LayerZero menyerang balik FTX karena tuntutan ini dianggap tidak memiliki dasar yang kuat serta tidak ada bukti yang kokoh atas asumsi yang dibuat.
Regarding the FTX suit, the entire suit is filled with unsubstantiated claims. We have been in communication with the FTX liquidators for almost a year now and have time and time again attempted to proactively address the issue of ownership of the shares with them and have been…
— Bryan Pellegrino (@PrimordialAA) September 11, 2023
CEO LayerZero, Bryan Pellegrino, menyatakan bahwa seluruh tuntutan tersebut memiliki beberapa kecacatan yang justru dapat kembali menyerang FTX.
Dari pernyataan yang ia buat di Twitter terdapat tiga kesimpulan yang bisa diambil dari langkah LayerZero serta tidak kompetennya FTX dalam kerja sama ini.
Pertama adalah FTX yang mengaku dicurangi karena informasi tersembunyi yang didapatkan LayerZero walau sebenarnya FTX justru menyembunyikan informasi kebangkrutan dari LayerZero yang merupakan rekan kerjanya pada saat itu.
Kedua adalah pernyataan Bryan Pellegrino terkait usaha tim LayerZero untuk terus menghubungi FTX dan menyelesaikan permasalahan dana dan kepemilikan yang disebutkan dalam perjanjian yang dinyatakan sebelumnya.
Bryan Pellegrino menyatakan bahwa setelah kebangkrutan terjadi, tim FTX terus menunda penyelesaian dana dan kesepakatan kepemilikan dengan LayerZero dan baru ingin menyelesaikan dengan cara tuntutan saat ini secara mendadak.
Kondisi ini dapat menjadi pertanda bahwa FTX ingin memanfaatkan momentum penjualan asetnya yang akan dilakukan dalam beberapa pekan ke depan sehingga mempermudah penjualan mereka walau mempersulit pihak lain yang terlibat.
Ketiga adalah Bryan Pellegrino mengaku bahwa LayerZero dan beberapa pejabat eksekutif yang menarik dana dari FTX melakukannya karena rumor kebangkrutan sudah mulai beredar jadi layaknya nasabah lain, sangat wajar jika kekhawatiran muncul dan mereka menarik dana.
Perlu diketahui juga bahwa dalam kesepakatan investasi tidak ada perjanjian bahwa dana harus menetap di FTX sehingga narasi ini memperkuat lemahnya tuntutan FTX.
Untuk saat ini belum ada kelanjutan apakah akan ada sidang pengadilan atau tidak namun kemungkinan besar tuntutan FTX akan lemah dan LayerZero akan menanggapinya dengan tenang.
Walau begitu, narasi tuntutan ini dapat menggoyangkan kepercayaan terhadap LayerZero yang dalam waktu dekat akan meluncurkan tokennya. Jadi untuk saat ini sentimen pasar masih teraduk hingga ada kejelasan terkait tuntutan ini.