Ekonomi Korea Utara telah diporak-porandakan oleh sanksi internasional dari PBB dan pandemi COVID-19. Pemerintahnya beberapa waktu lalu bahkan sempat memeringatkan bahwa negara tersebut terancam akan mengalami kelangkaan pangan. Meskipun begitu, negara tetangga Korea Selatan tersebut masih giat melancarkan tes misil nuklir. Kim Jong-un, pemimpin Korea Utara, berjanji bahwa pemerintahannya masih ingin mengembangkan teknologi senjata yang elit. Pertanyaannya adalah dari mana asal dananya?
Bulan April lalu, dalam upaya untuk mengetahui sumber dana Korea Utara, Amerika Serikat menemukan dan menuduh bahwa peretas asal Korea Utara mencuri sekitar $620 juta dalam wujud kripto dari game Axie Infinity. Ini merupakan bukti yang kuat bahwa Korea Utara menggunakan pencurian kripto sebagai sumber dana yang bebas risiko untuk mendanai pengembangan persenjataannya.
Antara Januari 2017 hingga September 2018, peretas Korea Utara dituduh telah mencuri $571 juta dolar dan $316 juta antara tahun 2019 hingga akhir 2020.
Coincub: Korea Utara menjadi negara dengan tuduhan pencurian kripto terbanyak
Menurut Coincub, negara ini telah melakukan pencurian kripto dalam 15 kesempatan berbeda. Total curiannya diperkirakan mencapai $1,59 miliar. Negara-negara lain yang berada di belakang Korea Utara dalam hal pencurian kripto adalah Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, dan Inggris.
Meski jangkauan Korea Utara yang sesungguhnya di pencurian kripto tidak diketahui, Coincub menyatakan bahwa program siber di Republik Rakyat Demokratis Korea terorganisasi dengan matang dan cukup besar. Secara ekonomi, negara dengan 25 juta penduduk ini terisolasi dari seluruh dunia. Itu tidak menghentikan Korea Utara untuk membentuk benih-benih peretas yang pernah menjadi dalang dari beberapa peretasan internasional ternama.
Laporan tersebut juga mengatakan bahwa semua serangan yang berasal dari Korea Utara kemungkinan didanai oleh pemerintah dan dikontrol oleh Pyongyang. Tentara siber Korea Utara sebelumnya pernah menarget pemerintah dan organisasi privat di seluruh dunia.
Dalam sebuah utasan Twitter, pengguna dengan nama thedefiedge memaparkan semua tindakan pencurian yang pernah dilakukan oleh Korea Utara dan bagaimana setiap pencurian tersebut berhasil dilakukan.
Dalam utasannya, thedefiedge menyebut bahwa para peretas ini sudah dididik sejak muda. Para petugas pemerintahan akan mengawasi mana siswa-siswi yang memiliki keterampilan di bidang matematika. “Bila siswa terlihat menjanjikan, mereka dikirim ke ibukota Negara untuk pelatihan matematika intensif,” katanya.
Para hacker ini kemudian dikirim ke Rusia atau Tiongkok untuk mendalami ilmu komputer dan peretasan. Mereka belajar dan bekerja secara disiplin, bahkan memiliki jadwal 16 jam bekerja setiap harinya. Oleh sebab itu mereka dijuluki sebagai Tentara Siber.
Peretasan terbaru yang didalangi oleh Korea Utara adalah peretasan Horizon Bridge di jaringan Harmony. Chainanalysis menyebut bahwa peretasan ini dikomandoi oleh Lazarus Group, kelompok peretas yang beranggotakan individu-individu asal Korea Utara.